Selasa, 29 November 2011

Kenapa Memilih Bela Diri Shorinji Kempo ?

Metode Latihan

Dalam berlatih Bela Diri Shorinji Kempo ada 2 proses latihan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu gerak fisik melakukan teknik-teknik bela diri Kempo dan olah fikir untuk memahami logika gerakan teknik bela dirinya. Teknik dalam Bela Diri Kempo merupakan gabungan teknik keras : pukulan, tendangan, tangkisan yang disebut Goho dan teknik lunak : kuncian, bantingan, lipatan yang disebut Juho. Kedua teknik di atas harus dilatih secara bersama-sama dan tidak boleh secara terpisah.


Teknik Bela Dirinya


Teknik bela dirinya diciptakan oleh Pendeta Budha yang bernama Tatmo Cowsu. Tujuan Bela diri Kempo diciptakan pada masa itu adalah untuk melatih para biksu sehingga mampu menyebarkan agama budha pada saat itu dengan tantangan yang dihadapi baik dari kondisi alam maupun manusianya. Di dalam falsafah Bela Diri Kempo tedapat ajaran : Fusatsu Katsuji, yakni dilarang membunuh tapi memperlakukan secara manusiawi. Teknik bela Diri Kempo mengutamakan bertahan dan menyerangnya disesuaikan. Bila musuh bisa dikalahkan dengan teknik kuncian saja, maka tidak harus menggunakan teknik keras, pukulan atau tendangan.

Sistem Ujian Kenaikan Tingkat


Ada 2 hal yang diujikan dalam ujian kenaikan tingkat, yakni ujian teori dan ujian praktek. Ujian praktek adalah menguji ketrampilan fisik seorang kenshi (atlet Kempo). Sedangkan ujian teori untuk menguji pemahaman dan logika dari teknik Bela Diri Kempo serta memahami sejarah dan falsafah bela Diri Kempo. Sehingga seorang kenshi tidak semata-mata hanya menjadi seorang jagoan bela diri saja.


Latihan Kepemimpinan Organisasi


Seorang kenshi selain mahir/menguasai teknik Bela Diri Kempo juga harus memiliki keterampilan manajerial. Mereka tidak boleh semata-mata mengikuti latihan hanya untuk menguasai teknik bela dirinya. Jadi, seorang kenshi juga dipersiapkan untuk menjadi pengurus dan asisten/pelatih dojo tanpa kecuali di mana hal ini secara tidak langsung memberikan pengalaman berorganisasi dan latihan kepemimpinan.


Tujuan Akhir


Pembelajaran dalam Bela Diri Kempo menyentuh beberapa aspek, yaitu Aspek Fisik, untuk kebugaran dan menjaga kesehatan tubuh, Aspek Mental, untuk membangun karakter pribadi yang rendah hati dan berjiwa sportif, dan Aspek Kepemimpinan, di mana setiap kenshi sejak dini dididik dan dipersiapkan untuk mengembangkan kemampuan memimpin yang ada dalam dirinya.

Senin, 28 November 2011

Jet Lee juga seorang Kenshi???


Lie Lien Chieh atau Li Lien Jieh alias Jet Lee ternyata tak hanya mahir bermain kungfu, ia juga pandai beladiri Shorinji Kempo.

Apa iya? Ya, lihat saja di film jadul Shaolin Temple yang edar tahun 1982. Pada adegan latihan para biksu di halaman kuil, jelas sekali gerakan dasar Shorinji Kempo diperagakan.

Kemudian adegan perkelahian antara biksu Shaolin dan para musuh yang menyerang kuil, sejumlah biksu termasuk tokoh yang diperankan Jet Lee, menggunakan teknik perkelahian khas Shorinji Kempo. Gaya tendangan, pukulan, kuncian dan bantingan.

Mungkin Anda yang pernah nonton film ini lupa dengan adegan tersebut. Oke, kalau mau lihat bagaimana adegannya, klik di sini

All About Shorinji Kempo

Shorinji kempo berasal daripada perkataan sho = hutan, rin = bambu, ji = kuil, ken = aturan. Kalau kempo bermakna "jalan hidup", erti ini merupakan penjelasan dari sempai saya yang pernah ke Jepun.
"KASIH SAYANG TANPA KEKUATAN ADALAH KELEMAHAN"
"KEKUATAN TANPA KASIH SAYANG ADALAH KEZALIMAN"
(DOKTRIN SHORINJI KEMPO)

Kempo dan Budhisme

Sekilas orang berkesimpulan bahwa bela diri Kempo berasal dari daratan China. Anggapan ini tidaklah semuanya benar. Kira-kira tahun 550 SM, pendeta Buddha yang ke-28, iaitu Dharma Taishi, pindah dari tempat tinggalnya di Baramon, India ke daratan China. Beliau menetap di sebuah kuil yang bernama Siau Liem Sie atau dikenali dengan nama Shorinji yang terletak di pripinsi Kwa - Nam. Dalam perjalanannya dan pengembaraannya Dharma Taishi menyebarkan ajaran agama Budha. Tidak sedikit tantangan, ancaman dan hinaan yang dialaminya, bahkan nyaris merenggut jiwanya. Dari pengalaman-pengalaman timbulah anggapan dalam dirinya bahwa seorang calon Bikshu sebaiknya juga melatih ketahanan jasmaninya, disamping membersihkan rohaninya untuk mencapai nirwana setelah bersemedi. Dalam ajaran agama Budha, dikatakan bahwa hidup itu berasal dari "kosong" atau "tiada". Namun oleh Dharma Taishi dilengkapinya, bahwa tiada gunanya menjadi "kosong" atau "tiada" atau "suci" jika tidak bisa membela sesama manusia yang ditimpa kemalangan. Selama di India, Dharma Taishi pernah belajar indo Kempo (silat India), karena banyaknya tantangan yang dihadapi dalam pengembaraannya di Cina maka ia mempelajari pula berbagai aliran silat China Kuno. Selama bertapa 9 tahun ia bertekad menyusun ilmu mempertahankan diri dan dimaksukkan sebagai syarat dan mata pelajaran bagi calon pendeta Budha. Sejak itu ilmu beladiri yang ditemukannya telah menjadi sebagian pendidikan keagamaan pada Zen Budhisme. Dharma tetap beranggapan bahwa semua pengikutnya haruslah berfisik kuat guna melanjutkan usaha menyebarluaskan ajaran agama Budha yang cukup berat itu. Dalam ceritera klasik Cina, sering dijumpai nama Tatmo Cowsu. Nama ini tidak lain yang dimaksud adalah Dharma Taishi sendiri, yang mencipatakan seni beladiri Shorinji Kempo atau Siauw Liem Sie Kung Fu.

Falsafah Kempo

Karena seni bela diri kempo waktu itu menjadi sebagian dari latihan bagi para calon Bikshu, dengan sendirinya ilmu itu harus mempunyai dasar falsafah yang kuat. Dengan dilandasi agama Budha, yaitu membunuh dan menyakiti, maka semua KENSHI (pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. Hal ini menjadi doktrin Kempo, bahwa "perangilah dirimu sendiri seblum memerangi orang lain". Berdasarkan doktrin ini mempengaruhi pula susunan beladiri ini, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut keadaan serangan lawan. Dharma selalu mengajarkan bahwa disamping dilarang menyerang juga tidak selalu setiap serangan dibalas dengan kekerasan. Sehingga dalam ilmu Kempo itu lahirlah apa yang berbentuk mengelak saja. Cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan, kemudian mengunci dan bila terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik lemah lawan, berupa tendangan, sikutan, pukulan dan sebagainya. Bentuk yang pertama dikenal sebagai JUHO dan yang berikutnya sebagai GOHO. Setiap kenshi diharuskan menguasai teknik GOHO (keras) dan JUHO (lunak), artinya tidak dibenarkan apabila hanya mementingkan pukulan dan tendangan saja dengan melupakan bantingan dan lipatan-lipatan.

Akibat Perang Boxer

Shorinji kempo sendiri mengalami perkembangan pesat di daratan Cina. Pengikutnya semakin banyak dan pengaruhnya semakin besar dalam masyarakat Cina. Di tahun 1900 - 1901, di Cina meletus perlawanan rakyat menentang masuknya Kolonialisme Barat. Pemberontakan di awal abad ke 20 itu akhirnya menjadi gerakan nasional yang disokong Ratu Tze Shi, yang juga ingin membersihkan tanah airnya dari penjajahan Barat. Kolonalisme Barat akhirnya dapat mematahkan perlawanan rakyat Cina dengan menggunakan peralatan perang mutakhir. Sementara rakyat Cina kebanyakan hanya melawan dengna mengandalkan tangan dan kaki saja. perang yang menelan jutaan korban itu terkenal dengan sebutan "Perang Boxer". Penjajah mengejar dan membunuh pengikut Dharma Taishi, organisasinya dilarang, kuil-kuil Shorinji Kempo dirusak, dibakar dan dihancurkan. Bikshu-bikshu yang sempat meloloskan diri ke arah timur dan selatan, lalu mengajarkan aliran Shorinji Kempo kepada pedagang-pedagang dari Okinawan, Taiwan dan Muangthai. Karena tidak teroganisasinya kesatuan, maka penyebaran Shorinji Kempo mulai membentuk seni bela diri baru. Mereka melarikan diri ke Muangthai dengan hanya menguasai teknik GOHO (memukul, menendang dan menangkis) mempengaruhi perkembangan bela diri yang ada di negeri tersebut. Munculah apa disebut Thai Boxing. Ajaran Shorinji Kempo, terutama teknik GOHO, juga mempengaruhi seni bela diri yang ada di Okinawa, Jepun. Maka di Okinawa timbullah seni bela diri yang dinamakan OKINANAWATE yang kemudian dkenal dengan nama KARATE.

Mereka yang melarikan diri ke pulau-pulau Jepun lainnya dan menguasai teknik JUHO (lunak) juga mempengaruhi seni bela diri yang ada di daerah-daerah tersebut. Kemudian muncullah seni bela diri JU-JIT-SU, Ju berarti halus-lenting dan fleksibel. Disamping itu lahir pula seni bela diri AIKIDO dan JUDO. Setelah menghilang beberapa waktu lamanya, kempo mulai bangkit kembali setelah perang dunia II, aliran-aliran seni bela diri lainnya tetap bersumber dari Shorinji Kempo sebagai aliran seni beladiri yang tertua.

Perkembangan Kempo Selepas Perang Dunia II

Shorinji Kempo baru bangkit kembali di Jepun setelah usainya Perang Dunia II. Dalam waktu yang relatif singkat seni bela diri ini menyebar luas, bukan saja di Jepun tetapi diseluruh dunia. Seorang pemuda Jepun yang bernama SO DOSHIN dikirim ke Cina dalam pasukan ekspedisi tentara Jepun ke Manchuria pada tahun 1928. Tetapi ia tidak sepaham dengan cara-cara penjajahan Jepun, kemudian melarikan diri dari induk pasukannya dan mengembara di daratan Cina. Dalam pengembaraannya ia bertemu dengan pendeta Budha dan akhirnya ia dibawa ke kuil Siaw Liem Sie, yang sudah diperbaiki oleh penerus-penerus Dharma Taishi. Di kuil ini Sho Dosin mempelajari ilmu Shorinji Kempo langsung dibawah asuhan Mahaguru (silang) ke-20 yaitu WEN TAY SUN. Karena kesetiaannya dan penguasaannya yang sempurna terhadap Shorinji Kempo, maka So DosHin diberi penghargaan tertinggi menjadi Maha Guru ke - 21 dan ia memperoleh ijin untuk meninggalkan kuil Shorinji untuk meneruskan ajarannya di daratan Jepun. Tahun 1945, Sho Dosin kembali ke Jepun dan membuka DOJO (tempat latihan) tersendiri. Ia memilih kota TODATSU, yang terletak di propinsi Kagawa di pulau Shikoku, yang kemudian terkenal sebagia pusat Shorinji Kempo. Banyak sekali yang datang ke DOJOnya untuk menjadimurid di sana, bukan saja dari daerah sekitarnya tetapi juga dari daerah-daerah lainnya, bahkan dari luar Jepun (terutama mahasiswa asing yang belajar di Jepun). So Doshin menggembleng murid-muridnya dengan disiplin yang keras seperti yang dialaminya sendiri. Namun di balik penggemlengan fisik dan mental itu, Guru Besar Shorinji Kempo ini tetap menempatkan seni beladiri ini sebagia pengayom hati dan jiwa dengan penuh rasa damai dan welas asih bagi para pengikutnya. Sebab itulah lambang organisasi Shorinji Kempo menggunakan lambang agama Budha, yaitu "Manji" , semacam tanda swastika yang berputar ke kiri, yang berarti "kasih sayang dan kekuatan" yang sesuai dengan doktrin Shorinji.

Dalam tindakan sehari-hari sering diartikan sebagai berikut :

"Dimana ada kekuatan harus ada kebijaksanaan dan kebijaksanaan harus disertai kebijaksanaan"

Siapakah So Doshin?


Dilahirkan di suatu desa yang terletak di suatu lereng gunung kecil di daerah administrasi Okuyama tahun, 1911. Anak sulung dari tiga bersaudara, ayahnya adalah seorang pegawai biasa. Michiomi kecil ditinggal ayahnya ketika berumur delapan tahun. Sehingga ia harus mengasuh dua adik perempuannya ketika ditinggal ibunya untuk bekerja menggantikan ayahnya. Akhirnya dua saudaranya di asuh oleh keluarga dari ibu, sedangkan Michiomi pergi ke Manchuria untuk tinggal bersama kakek dari ayahnya. Kakek Michio adalah anggota Kokyuryukai (Perkumpulan rahasia Ular Naga Hitam). Dan ia juga seorang yang ahli dalam seni beladiri (budo). Selama 7 tahun kakeknya mengajarkan permainan pedang dan seni permainan tombak, serta perkelahian tanpa senjata, Jujutsu.

Bulan mei tahun 1926 Ibu Nakano Michiomi meninggal dunia, dan iapun kembali ke Jepang. Dan pada tahun yang sama salah satu saudarinya juga menyusul ibunya, setahun kemudian, 1927, saudara satunya lagi juga meninggal dunia. Bukan suatu kebetulan juga ketika akan kembali ke Cina kakeknya juga meninggal ditahun yang sama. Kini Michiomi tinggal sebatang kara, dan iapun pergi ke Tokyo, yang pada waktu itu terjadi depresi ekonomi setelah PD I. Perekonomian tidak teratur dan angka pengangguran tinggi.

Agen Intelegent

Di usai ke 17 tahun, Januari 1928, Michiomi mendaftarkan diri masuk angkatan perang. Dan ditempatkan di Manchuria sebagai Special Expeditionary Force, agen pasukan khusus. Ditugaskan pada sekolah Taoist yang dikepalai oleh Chen Liang. Seorang anggota rahasia Perkumpulan Zaijia Li, dan kepala perkumpulan Bunga Teratai Putih (Byakuren dalam bahasa Jepang), sekolah tinju Shaolin Utara ( Shorin). Sebagai murid Chen, Michiomi mempelajari kempo (Quan Fa – Tinju), dan juga pertama kali Michiomi berkenalan dengan pengajaran Budha. Pengaruh Budha (Chan-Zen) sangat kental dengan beladiri cina. Manchuria juga yang mengorganisir waktu itu perkumpulan rahasia. Tahun 1931 Nakano Michiomi terkena tipus dan dikembalikan ke Jepang. Bergabung dengan Kesatuan Angkatan Udara I. Ketika latihan terbang malam, ia terkena seranga jantung, dan harus mendapatkan perawatan hingga 6 bulan. Para dokter memperkirakan waktu hidupnya 1 sampai 3 tahun.

Bulan Oktober 1931, Michiomi kembali ke Manchuria dan Chen, ditugaskan sebagai agen intelijen. Karena ia berpikir tidak punya umur panjang, Michiomi memilih untuk melakukan berbagai macam misi. Chen bertanya padanya, mengapa ia menginginkan kematian lebih cepat. Michiomi menceritakan apa yang telah dikatakan dokter kepadanya waktu itu. Chen berkata kepada dia, siapa yang memutuskan hidupmu hanya Cuma setahun? Nasib adalah sesuatu yang Gaib, di luar ken adalah kematian. Kamu tidak akan mati dengan seketika, kamu harus berjuang untuk hidup dengan segala usaha. Aku akan merawatmu mulai hari ini. Michionmi menjalani perawatan dengan pijatan dan teknik akupressur, dalam bahasa jepang disebut Kemyaku iho. Dan dalam istilah ShorinjiKempo sekarang disebut dengan Seiho (seitai jutsu).

Dalam melaksanakan misinya, Michiomi menyamar sebagai gelandangan, menemani Chen. Pada tahun 1932, mereka berada di Beijing, di mana gurunya Chen, Wen Taizong tinggal di sana. Wen waktu itu adalah guru besar dari sekolah Shaolin Utara “Yihemen Quan” , atau Giwamon Ken dalam bahasa Jepang. Pada waktu masih mudah, Wen adalah seorang biarawan kuil Shaolin, dan akhirnya menjadi guru besar menggantikan Huang Longbai. Lalu Wen memperkenalkan Michiomi pada Huang, dan akhirnya mengijinkan menjadi muridnya secara langsung. Huang mengajarkan Michiomi 36 macam kuncian dan teknik gulat naga, yang disebut Longxi Zhuji. Ia juga mempelajari teknik lemparan Wa Hua Quan (Goka Ken, Tinju Lima Bunga), yang akhirnya menjadi dasar prinsip lembut dan keras menjadi satu (Goju Ittai). Setelah mempelajari beladiri dari kakeknya, kemudian menguasai apa yang telah diajarkan Chen, Michiomi menerima semua pelajaran dengan cepat. Wen berpikir telah menemukan seorang yang cukup cakap. Di musim gugur 1936, Wen dan Michiomi menghidiri upacara di kuil Shaolin, Michiomi di angkat menjadi Guru Besar ke 21 dari Yihemen Quan. Wen menamai di “Doshin So”, yang berarti Yang Membantu Jalan Menuju Religius. Dan nama tersebut dipakai sepanjang sisa hidupnya.

Sejak kali pertama bergabung di kuil Shaolin, Doshin amat terkesan dengan lukisan di dinding yang melukiskan Orang India dan Biarawan Cina berlatih dengan menyenangkan dan dilakukan bersama-sama. Metode ini berlawanan denga pelatihan yang selama ini dia lakukan, dan ia mengembangkan gagasan, dimana untuk berlatih harus ada kerja sama dengan pasangannya, untuk kepentingan berdua. Dalam bahasa jepang, konsep ini dinyatakan sebagai “otagai renshu” (berlatih untuk satu sama lain), atau “jita kyuraku” (menikmati dengan orang lain).

Soviet menyerbu Manchuria

Agustus 1945, Soviet menyerbu Manchuria. Angkatan perang Jepang melarikan diri, dan meninggalkan anak-anak dan para wanita di Manchuria. Doshin So merasakan perilaku yang kurang berkenan untuk ikut meninggalkan Manchuria. Akhirnya ia mengalami dua masa pendudukan di Manchuria, yaitu masa Jepang dan masa Soviet. Ia melihat perilaku dari pemenang perang waktu itu, bagaimana cara supaya bisa mempertahankan kedudukannya, tak lain dengan menekan kaum yang lemah. Dan ia pun melihat bagaimana keberanian seseorang untuk melindungi yang lemah dengan bahkan mengorbankan diri mereka. Doshin So mengembangkan pemahamannya, bahwa kualitas seseorang bukan dari kebangsaan mereka tetapi berasal dari individu sendiri.

Ia berkata, " Di masa damai, orang-orang dapat menyembunyikan karakter mereka asli mereka, mereka dapat menghias karakter masing masing, tetapi ketika kekacauan datang, akan terlihat karakter aslinya, tidak lagi terpengaruh oleh hukum yan ada. Aku mempelajari hal ini dari pengalaman dan penderitaan. Jika kita ingin mencapai kedamaian, tidak ada jalan/cara lain kecuali menegakkan kesadaran hukum yang kuat kuat untuk semua, tidak memihak siapapun.
Aku merasakan hal ini ketika berada di Manchuria. Sehingga jika aku dapat kembali ke Jepang, aku akan membuka sekolah swasta untuk membangun ikatan dan jiwa keberanian, serta kepercayaan di hati orang orang muda”.

Kaiso Ke Jepang

Setelah peperangan seselai, orang-orang yang berada di Cina pulang ke Jepang. So Doshin tetap tinggal di Shenyang bersama teman-temannya di masyarakat Cina. Hubungan dengan orang-orang tersebuty memungkinkan dia kembali ke Jepang lebih cepat. Temen-teman di Cina mencoba untuk membujuk agar tetap tinggal di dalam Negeri China, dengan alasan Jepang telah dihancurkan Sekutu. Kepada teman-temannya Doshin So mengatakan bahwa mungkin Jepang telah hilang, tetapi ia belum pernah hilang, dan masih sebagai orang Jepang. Ia ingin kembali ke Jepang untuk membantu, membangun kembali Jepang. So Doshin mendarat pada Sasebo, daerah di Nagasaki pada tahun 1946. Sepanjang perjalanan pulang tidak jarang ia menggunakan teknik kempo untuk menghindari gangguan dari penumpang yang lain.

Akhirnya Doshin ke kota kelahiran ibunya. Dan menginap di kemenakannya di Osaka. Ia memulai hidup baru dengan menjalankan bisnis produk bahan kimia bersama temannya dari Cina. Dari sini Doshin dapat bertahan hidup dan mendapatkan kenyamanan. Pada waktu yang sama, Doshin melihat penderitaan yang diakibatkan oleh perang, inflasi, kemiskinan, pengangguran, memicu orang melanggar hukum dan orang tidak mau mendengarkan suara hati untuk orang lain. Ia ditawari beberapa lahan di Tadotsu, suatu daerah pedesaan dan pelabuhan di pulau Shikoku, Daerah administrasi Kagawa. Dan akhirnya Tadotsu telah menjadi Mecca untuk Shorinji Kempo.


Mendirikan Shorinji Kempo

Doshin So memulai dengan membangun aula kecil, dan memberi pengajaran dan filosofi pada Oktober 1947. Pada awalnya ia tidak begitu diterima, karena dianggap orang asing di daerah tersebut, dan juga pengajaran yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang sudah ada. Yang datang untuk mendengarkannya sedikit, tapi yang kembali lagi lebih sedikit lagi.

Ketika So Doshin sedang mempertimbangkan bagaimana cara yang tepat untuk mengajarkan filosofinya, dalam suatu mimpinya ia bertemu dengan Bodhidharma, berjenggot dan berpakaian seperti biarawan budha, berjalan dengan cepat dihadapan So Doshin, ia berusaha berbicara pada Bodhidharma tetapi tidak dapat mendengarnya, Bodhidharma hanya menunjukkan satu arah dari tangannya, So Doshin berusaha memahami mimpinya. Akhirnya ia memutuskan untuk memberikan pengajaran Zen Budhisme, seperti ketika ia belajar di Kuil Shaolin. Yang kemudian ia gabungkan dengan filosofi yang pernah ia terima.Bukan pengajaran yang berhubungan dengan peperangan untuk memenangkan lawan, tetapi lebih kepada pelatihan jasmani dan peningkatan rohani untuk kemajuan bersama. Doshin akhirnya mengorganisir kembali sistem teknik yang telah ia pelajari sebelumnya dan menyelaraskan dengan pemahamannya akan Zen Budhisme.


Kota Tadotsu sedang dalam kekacauan, banyak penjahat dan pasar gelap setelah perang berakhir. So Doshin mengajarkan teknik kempo kepada muridnya dengan cepat. Dan bersama muridnya turun ke jalan untuk menantang penjahat yang ada di jalanan, karena ia berpikir, dengan pengguanaan teknik yang dikuasai untuk kebaikan hal itu adalah benar. Bersama dengan polisi setempat Doshin So berhasil mengamankan kota.

Untuk memastikan muridnya tidak kembali turun ke jalan, mereka harus bekerja terlebih dahulu. So Doshin mengajarkan teknik Beladiri dengan melatih fisik dalam format Zen. Akhirnya makin banyak murid baru yang bergabung dengan pelatihan tersebut.. Di tahun 1950, Doshin So membentuk perkumpulan yang bersifat religius, tahun 1951, resmi menjadi organisasi “Kongo Zen Sohonzan Shorinji”. Dan membentuk sekolah untuk melatih Shorinji Kempo untuk membentuk pemimpin masa depan waktu itu, yang bernama sekolah Zenrin Gakuen (akademi hutan zen), sebagai awal dari Nihon Shorinji Budo Senmon Gakko (Akademi Shorinji Kempo Jepang), yang sering disebut juga Busen (Budo Senmon).

Sebagian dari diri kalian adalah untuk orang lain, adalah satu pengajaran didalam Busen. Masing-masing individu harus berusaha hidup layak. Semboyan Shorinji Kempo dan Kongo Zen yang dikenal sampai hari ini " Pikir separuh untuk kebahagiaan milik mu, setengah untuk kebahagiaan dari yang lain" ( Nakaba wa jiko Nakaba wa jiko shiawase wo, nakaba wa hito nakaba wa hito shiawase wo). Selama tahun 1950 an sering mengadakan demonstrasi publik untuk publik, seperti embu taikai, sehingga mempercepat pertumbuhan organisasi. Tahun 1960, Doshin So muncul di televisi nasional, sehingga semakin meningkatkan ketenaran Shorinji Kempo pada publik. Di 1963 membentuk " Shadan Hojin Nihon Shorinji Kempo Renmei" di kuil Tadotsu, untuk mempelajari Buddhism yang dipelajari selama di kuil Shaolin Kuil, yaitu mempelajari penyelesaian suatu sengketa dengan cara penengahan lewan pengajaran Budha dan mempelajari teknik Beladiri.

Sabtu, 26 November 2011

Shorinji Kempo,Bela Diri yang Mengasyikkan

Kenapa Bela Diri Shorinji Kempo merupakan suatu sistem pembelajaran pengembangan sumber daya manusia?

Metode Latihan

Dalam berlatih Bela Diri Shornji Kempo ada 2 proses latihan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu gerak fisik melakukan teknik-teknik bela diri Kempo dan olah fikir untuk memahami logika gerakan teknik bela dirinya. Teknik dalam Bela Diri Kempo merupakan gabungan teknik keras : pukulan, tendangan, tangkisan yang disebut Goho dan teknik lunak : kuncian, bantingan, lipatan yang disebut Juho. Kedua teknik di atas harus dilatih secara bersama-sama dan tidaka boleh secara terpisah.

Teknik Bela Dirinya

Teknik bela dirinya diciptakan oleh Pendeta Budha yang bernama Tatmo Cowsu. Tujuan Bela diri Kempo diciptakan pada masa itu adalah untuk melatih para biksu sehinggan mampu menyebarkan agama budha pada saat tu dengan tantangan yang dihadapi baik dari kondisi alam maupun manusianya. Di dalam falsafah Bela Diri Kempo tedapat ajaran : Fusatsu Katsuji, yakni dilarang membunuh tapi memperlakukan secara manusiawi. Teknik bela Diri Kempo mengutamakan bertahan dan menyerangnya disesuaikan. Bila musuh bias dikalahkan dengan teknik kuncian saja, maka tidak harus menggunakan teknik keras, pukulan atau tendangan.

Sistem Ujian Kenaikan Tingkat

Ada 2 hal yang diujikan dalam ujian kenaikan tingkat, yakni ujian teori dan ujian praktek. Ujian praktek adalah menguji ketrampilan fisik seorang kenshi (atlet Kempo). Sedangkan ujian teori untuk menguji pemahaman dan logika dari teknik Bela Diri Kempo serta memahami sejarah dan falsafah bela Diri Kempo. Sehingga seorang kenshi tidak semata-mata hanya menjadi seorang jagoan bela diri saja.

Latihan Kepemimpinan Organisasi

Seorang kenshi selain mahir/menguasai teknik Bela Diri Kempo juga harus memiliki ketrampilan manajerial. Mereka tidak boleh semata-mata mengikuti latihan hanya untuk menguasai teknik bela dirinya. Jadi, seorang kenshi juga dipersiapkan untuk menjadi pengurus dan asisten/pelatih dojo tanpa kecuali di mana hal ini secara tidak langsung memberikan pengalaman berorganisasi dan latihan kepemimpinan.

Tujuan Akhir

Pembelajaran dalam Bela Diri Kempo menyentuh beberapa aspek, yaitu Aspek Fisik, untuk kebugaran dan menjada kesehatan tubuh, Aspek Metal, untuk membangun karakter pribadi yang rendah hati dan berjiwa sportif, dan Aspek Kepemimpinan, di mana setiap kenshi sejak dini dididik dan dipersiapakan untuk mengembangkan kemampuan memimpin yang ada dalam dirinya.